Harian Detik Minggu | 21 April 2013

21.4.13 Asmat Abu Tsaqib 0 Comments

Harian Detik Minggu | 21 April 2013
Edisi Nomor 806 Tahun ke-2
Sampul muka Detik Minggu kali ini menampilkan Uli Auliani. Meski telah bermain di belasan film dan sinetron, Uli masih terobsesi bermain di film laga, seperti bintang Charlie Angels, Cameron Diaz. Maklum, saat SMP, Uli pernah berlatih bela diri asal Korea, taekwondo. Lantas apa kaitannya dengan selaput daranya yang berdarah? Selanjutnya, kiprah bintang Java Heat ini bisa disimak di rubrik EMPAT MATA, halaman 10-12.

Halaman TOPIK UTAMA berisi berita ihwal Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono yang setuju ujian nasional dihapus jika dinilai kurang membawa manfaat. Ia juga menyarankan Menteri Pendidikan Nasional M. Nuh mundur dari jabatan sebagai pertanggungjawaban atas kisruhnya pelaksanaan ujian nasional. “Dengan peristiwa ini, merasa enggak ada legitimasi terhadap dirinya dan institusinya. Kalau terjadi delegitimasi, ya lebih baik mundur,” ucap Sultan dalam acara milad ke-32 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta kemarin (20/4).

Masih dalam TOPIK UTAMA, ada kabar Zuibenat Tsnayeva, ibunda Tamerlan Tsarnaev, 26 tahun, dan Dzhokhar Tsarnaev, 19 tahun, yang menyebutkan kedua anaknya itu bukan pelaku pengeboman di arena lomba maraton di Boston, Amerika Serikat, Selasa lalu. Dia menyatakan pasti tahu jika keduanya merencanakan sesuatu karena mereka tak pernah menyimpan rahasia dari dirinya. “Kedua putra saya tidak bersalah dan tidak ada satu pun dari mereka yang pernah membicarakan hal ini kepada saya,” kata Zuibenat dalam wawancara dengan Russian TV dan dilansir hlntv.com kemarin. Ia juga menilai rekaman pengejaran kedua anaknya yang disiarkan sejumlah televisi sebagai rekayasa. “Saya yakin 100 persen bahwa ini semua adalah jebakan,” ucapnya kepada Russia Today. Zuibenat juga mengklaim pernah dihubungi oleh Biro Investigasi Federal (FBI) sebelum ledakan di Boston terjadi. Dalam sambungan telepon tersebut, FBI menyatakan khawatir terhadap gerak-gerik Tamerlan.

Pada halaman FOKUS, Detik Minggu kali ini mengupas ihwal operasional maskapai penerbangan di Tanah Air, mulai manajemen, kecelakaan pesawat yang kerap terjadi, kisah para pilot yang bertugas, sampai daftar sekolah pilot berlisensi Indonesia.

Adapun halaman OTOMOTIF mengetengahkan mobil antik, Willys MB 1944 Military Jeep, ikon sekaligus oleh-oleh sejarah dari Perang Dunia II. Willys milik Doni Handani ini sangat istimewa karena hampir semua onderdilnya masih asli produksi pabrikan. Tak aneh kalau harganya bisa melangit. “Cuma busi dan empat ban yang menempel saja yang ganti,” ujar Doni bangga. Willys adalah mobil serbaguna yang pernah dimiliki militer Amerika Serikat. Menurut Jenderal Dwight D. Eisenhower, panglima tentara Sekutu di Eropa pada masa Perang Dunia II, yang kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat ke-34, “Willys adalah salah satu kunci kemenangan perang melawan Nazi kala itu.”

Rubrik MELANCONG memuat perjalanan ke Gua Londa. Tak ada bau anyir atau busuk yang mengganggu hidung saat kita memasuki Gua Londa meski puluhan tengkorak dan tulang-belulang tersebar di lantai serta dinding. Yang ada hanya hawa lembap diselingi bau tak enak kayu-kayu lapuk yang berbaur timbul-tenggelamnya bau tembakau basah dari rokok dan baju-baju apak yang tersebar di pinggir peti-peti jenazah. Gua Londa di Desa Makale itu memang satu dari tiga blok pemakaman gua alam Toraja di Sulawesi Selatan.

Di halaman JEJAK ada kisah Si Kumbang, pesawat pertama buatan Indonesia. Hanggar C Pangkalan Udara Husein Sastranegara, Bandung, teronggok sebuah pesawat sederhana satu kursi. Pada tubuhnya tertulis “Si Kumbang- 01, NU-200”. Meski sederhana, pesawat berbahan aluminium itu dilengkapi dengan senjata otomatis untuk menembak dari udara ke darat. “Inisial NU kependekan dari Nurtanio, sedangkan angka 200 mewakili mesin bertenaga 200 horse power,” ujar Bambang Avianto, putra sulung Nurtanio. Si Kumbang adalah salah satu karya Nurtanio. Selain si Kumbang, Marsekal Pertama Nurtanio, yang gugur pada 21 Maret 1966 bersama Komodor Udara Anumerta Supadio, total telah membuat delapan pesawat, yang antara lain diberi nama Belalang dan si Kunang.

Source: http://issuu.com/asmat/docs/harian_detik_minggu_21042013

0 komentar: