Tafsir Al-Mishbah: Mendalami Agama dan Bersikap Bijaksana

22.7.13 Asmat Abu Tsaqib 0 Comments

Tafsir Al-Mishbah adalah kolom tafsir Al-Quran yang diasuh Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, M.A.
dan hadir di sisipan laporan Ramadhan harian umum Media Indonesia.


PEMBAHASAN Tafsir Al-Mishbah kali ini tentang kiamat. Salah satu bagian Al-Quran yang memerinci tentang hari kiamat ialah Surah Hud mulai dari ayat 103, yang tertera, “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadap)-Nya, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk).”
Pada ayat 104 disebutkan, “Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu.”
Dua ayat itu menyebutkan sudah ditetapkan hari saat manusia dihimpun untuk dihitung amalannya selama di dunia dan hal itu benar-benar akan terjadi.
Ayat selanjutnya, yakni 105, menjelaskan apa yang terjadi di hari kiamat, “Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.”
Salah satu yang perlu digarisbawahi, pada hari kiamat semua terlihat. Ada yang sengsara karena amalan buruk dan ada yang berbahagia karena amalan baik.
Ayat 106 berbunyi, “Adapun orang-orang yang celaka maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik napas (dengan merintih).” Dilanjutkan dengan ayat 107, “Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.”
Ayat tersebut menjelaskan keadaan bisa berubah berkat ketentuan Allah. Artinya, sebagai Yang Mahakuasa, Allah menepati ancaman dan janjinya kepada umat manusia, tetapi bisa juga memiliki ketentuan yang lain selain itu karena sifatnya yang menetapkan sesuatu atas dirinya. Namun, Allah sendiri tidak terikat dengan itu.

Rahmat Allah Swt
Pada ayat 108 berbunyi, “Adapun orang-orang yang dibahagiakan maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain), sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.”

Merujuk pada ayat tersebut, suatu ketika Nabi Muhammad saw pernah berkata, “Tidak ada yang masuk surga karena amalnya, engkau pun tidak, saya pun tidak, kecuali kalau saya dapat rahmat dari Allah.”
Ayat 109 berbunyi, “Maka itu (Muhammad) janganlah kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa yang disembah oleh mereka. Mereka tidak menyembah melainkan sebagaimana nenek moyang mereka menyembah dahulu (berhala-berhala). Dan sesungguhnya Kami pasti akan menyempurnakan dengan secukup-cukupnya pembalasan (terhadap) mereka dengan tidak dikurangi sedikit pun.”
Ayat tersebut menyiratkan semua agama memiliki kepercayaan yang berbeda. Namun, siapa yang benar? Kita boleh berkata Islam yang benar menurut keyakinan saya, tetapi yang bisa memutuskan hanya Allah di hari kiamat.
Jadi, sesungguhnya kita tidak perlu mempertengkarkan perbedaan keyakinan. Karena sejak dulu Allah menciptakan perbedaan dalam hal beragama di dunia.
Karena itu, tidak usah berkata kepada nonmuslim bahwa kamu salah lantas masuk neraka. Yang berhak memutuskan hanya Allah. Akan tetapi, kita harus yakin pada diri kita bahwa agama kita benar berpegang pada Al-Quran dan hadits.
Ayat-ayat tentang hari kiamat itu menyiratkan suatu pelajaran berharga bahwa Islam mengajarkan untuk mendalami agama, tetapi sekaligus bijaksana dalam bersikap. Sebabnya, perbedaan merupakan keniscayaan dan hanya Allah yang berhak menentukan di hari kemudian.

Sumber: Rahmat Semesta Alam | Media Indonesia | Kamis, 18 Juli 2013
*dengan penyuntingan seperlunya.

0 komentar: