Tafsir Al-Mishbah: Tetap Istikamah dan Berbuat Baik

24.7.13 Asmat Abu Tsaqib 0 Comments

Tafsir Al-Mishbah adalah kolom tafsir Al-Quran yang diasuh Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, M.A.
dan hadir di sisipan laporan Ramadhan harian umum Media Indonesia.


PEMBAHASAN Tafsir Al-Mishbah kali ini masih mengulas Surah Hud yakni ayat 110-116. Intinya, Surah Hud berbicara soal bukti kebenaran Al-Quran. Sebabnya, pada masa diturunkannya kepada Nabi Muhammad, Al-Quran selalu mendapat tentangan keras dari masyarakat kafir Quraisy.
Itu juga berlaku pada nabi sebelumnya yang juga diberi kitab sebagai tuntunan hidup oleh Allah. Mereka juga mengalami tantangan serupa.
Seperti tertuang pada ayat 110 Surah Hud yakni "Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab (Taurat) kepada Nabi Musa, lalu diperselisihkan tentang Kitab itu. Dan seandainya, tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Tuhanmu, niscaya telah ditetapkan hukuman di antara mereka (hingga hari kiamat). Dan, sesungguhnya mereka (orang-orang kafir Mekah) dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap Al-Quran".
Ayat 111, Allah berkata kepada Nabi Muhammad, "Dan sesungguhnya kepada masing-masing (mereka yang berselisih itu) di hari kemudian pasti Tuhanmu akan menyempurnakan dengan cukup, (balasan) pekerjaan mereka. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan".
Kemudian, pada ayat 112, "Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan(juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan".
Pada ayat itu, Allah menegaskan kepada Nabi Muhammad untuk istikamah dan tetap memegang teguh akidah, atau tetap melaksanakan ajaran Allah. Tetap salat, zakat, puasa, dan amalan baik lainnya yang diamanatkan Al-Quran. Amanat itu pun berlaku bagi semua umat Islam.
Ayat selanjutnya, 113, 114, dan 115 pun menegaskan itu. Mereka yang tetap istikamah dan juga berbuat kebaikan, segala dosa-dosanya bakal dihapuskan kelak.

Mencegah Kerusakan
Selain pentingnya istikamah, Surah Hud mengutamakan pentingnya menjaga lingkungan. Seperti pada ayat 116, "Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa".

Ayat terakhir itu jelas menyatakan orang-orang yang diselamatkan Allah, yakni orang yang mencegah terjadinya kerusakan di muka bumi. Artinya, sebagai Muslim, selain percaya dan berpegang teguh pada ajaran Allah, kita juga tidak melakukan kerusakan di muka bumi.

Sumber: Rahmat Semesta Alam | Media Indonesia | Jumat, 19 Juli 2013
*dengan penyuntingan seperlunya.

0 komentar: