Tafsir Al-Mishbah: Memohon Ampunan agar Diberikan Kenikmatan
Tafsir Al-Mishbah adalah kolom tafsir Al-Qur'an yang diasuh Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, M.A.
dan hadir di sisipan laporan Ramadhan harian umum Media Indonesia.
dan hadir di sisipan laporan Ramadhan harian umum Media Indonesia.
Kali ini tafsir mengupas ayat 1-6 Surah Hud. Surah Hud tidak lain ialah Surah Makiyyah yang terdiri atas 123 ayat dan turun sesudah Surah Yunus.
Nabi Hud AS sendiri diperkirakan hidup sekitar 4.000 tahun lalu. Dia diutus oleh Allah Swt di suatu daerah Hadramaut, Yaman, guna berdakwah kepada kaumnya, kaum Aad.
Surah Hud menceritakan kisah Nabi Hud AS. Surah ini juga menceritakan kisah nabi lainnya, seperti Nuh as, Ibrahim as, Saleh as, Syuaib as, Luth as, dan Musa as.
Dijelaskan pada ayat 1-6 itu bahwa Al-Qur'an merupakan kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi, memiliki hikmah, dan diperinci. Maksudnya diperinci, yakni atas beberapa macam tentang ketauhidan, kisah-kisah para nabi dan kaum terdahulu, hukum, akhlak, serta ilmu pengetahuan. Semuanya itu diturunkan dari sisi Allah Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui.
Tidak hanya itu. Kitab Al-Qur'an mengajarkan hikmah yang dapat diamalkan dan amal yang sesuai hikmah itu mengantarkan kebaikan dan menghalangi keburukan. Dengan kata lain, tujuan kehadiran kitab suci Alquran ialah untuk menyembah Allah Swt dan tidak menyembah selain Dia.
Di sini juga diterangkan, melalui Rasulullah, Nabi Muhammad saw ialah nabi terakhir yang diamanatkan Allah Swt menerima wahyu Alquran untuk menyampaikan kabar peringatan dan kabar gembira dari Allah Swt.
Sebabnya, manusia sebagai makhluk Tuhan yang lemah tak mungkin luput dari salah dan dosa. Jika manusia mau memohonkan ampunan kepada Allah atas kesalahannya, misalnya melalui kalimat istigfar (astagfirullah), Allah akan memberikan kabar kesenangan atau nikmat kepada hamba-Nya.
Jadi jelas bahwa perintah Al-Qur'an kepada manusia untuk memohon ampun. Bagi yang bertobat atau beristigfar tentunya akan diberikan kedamaian dan ketenangan.
Dalam ayat 1-6 ini pun dijelaskan pada aktivitas manusia itu, baik dan buruk di dunia pasti menerima ganjaran di dunia. Allah menjanjikan ganjaran itu ada yang diterima di dunia dan ada yang di akhirat nanti.
Namun sebaliknya, jika manusia berpaling dari perintah Allah Swt tidak mau memohon ampunan-Nya, kelak pada hari Kiamat nanti dapat balasannya berupa siksa.
Maka itu, melalui ayat 1-6 Surah Hud ini, manusia ditegaskan Allah Swt untuk kembali kepada-Nya. Pasalnya, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Allah pun mengingatkan manusia untuk tidak berpaling dari perintah-Nya melalui perintah Rasul-Nya khususnya ajaran yang disampaikan pada Nabi Muhammad saw. Sebabnya, Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu apa yang manusia sembunyikan.
Pada ujung ayat 1-6 Surah Hud ini juga ditegaskan bahwa Allah menjamin rezeki makhluknya di seluruh permukaan bumi, termasuk binatang melata. Sebabnya, itu semua tercantum pada kitab-Nya yang nyata di Lauhil Mahfudz.
Karena itu, pada ulasan tafsir ayat 1-6 Surah Hud ini, umat Islam lagi-lagi diingatkan agar terus memohon istigfar atau ampunan kepada Allah. Sebabnya, Allah Swt selalu mengingatkan hamba-hamba-Nya agar tak berputus asa memohon ampunan-Nya karena dalam kehidupan dunia ini bergelimang dengan dosa. Tiba saatnya untuk memohon ampunan itu selama ibadah puasa di bulan Ramadan yang tinggal menunggu waktu.
Sumber: Rahmat Semesta Alam | Media Indonesia | Senin, 8 Juli 2013
*dengan penyuntingan seperlunya.
*dengan penyuntingan seperlunya.
0 komentar: