Tafsir Al-Mishbah: Jangan Teperdaya Kehidupan Dunia

13.7.13 Asmat Abu Tsaqib 0 Comments

Tafsir Al-Mishbah adalah kolom tafsir Al-Qur'an yang diasuh Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, M.A.
dan hadir di sisipan laporan Ramadhan harian umum Media Indonesia.


ULASAN Tafsir Al-Misbah kali ini membahas Surah Hud ayat 15-24. Surah ini antara lain menyampaikan peringatan Allah Swt kepada makhluk-Nya agar tidak teperdaya kehidupan duniawi yang kini amat menggoda sehingga melupakan hubungan manusia dengan pencipta dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Pada ayat 15-16 dengan tegas Allah Swt mengingatkan manusia, ‘Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat. Itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.’

Ayat ini berbicara tentang pandangan hidup manusia dalam kehidupan duniawi. Bahwa siapa yang menghendaki dunia beserta perhiasannya saja (jabatan dunia, popularitas, harta, rumah, anak-anak, dan kendaraan), jika Tuhan berkehendak, Dia akan memberikan dan menyempurnakannya kendati itu tergantung pada usaha mereka.

Di sini berlaku hukum sebab-akibat pada usaha manusia itu. Ada orang yang sudah berusaha dan bekerja keras, tetapi gagal dalam kehidupan duniawinya. Itu disebabkan orang itu belum menyesuaikan dengan hukum sebab-akibat. Sebaliknya, bagi orang yang tidak beriman, tetapi bekerja keras dan menyesuaikannya dengan hukum sebab-akibat, dia akan berhasil.

Namun, untuk orang yang beriman dan percaya pada hari kemudian atau hari akhirat, sebenarnya gerak kehidupannya terbatas. Mereka ini jika mampu dan kaya selalu berzakat dan tidak mau berkorupsi karena keyakinan iman mereka itu. Dia (orang yang beriman) membatasi dirinya dengan nilai-nilai yang diiringi kepercayaan akan adanya hari akhir yang baik

Bagi orang tidak beriman, dia hidup tanpa batasan dengan menghimpun keduniawian yang mengakibatkannya lengah terhadap kewajiban dari perintah Allah Swt.

Karena itu, bagi setiap muslim hendaknya mampu membatasi aktivitas duniawi dengan menggabungkan aktivitas ukhrawi (akhirat) agar amalan-amalan di dunia tidak menjadi sia-sia.

Pada bagian lain, ayat Surah Hud mengupas tentang kebenaran Nabi Muhammad saw. Dengan kepribadiannya yang luar biasa sebagai utusan Tuhan, dia memiliki tiga bukti utama. Pertama, Rasulullah mempunyai kepribadian dan sifat yang baik, bahkan sejak kecil mendapat gelar Al-Amin atau yang dipercaya.
Kedua, beliau mempunyai kitab suci Al-Qur'an sebagai amanat Allah Swt bagi petunjuk jalan kehidupan umat manusia. Ketiga, Nabi Muhammad saw telah disebut-sebut keberadaannya dalam kitab–kitab suci sebelumnya.

Jika dicontohkan ibarat seorang ibu yang sedang sakit akan berobat kepada seorang dokter, sang ibu tentu mesti mengenal dan memercayai kredibilitas dokter yang bersangkutan. Dokter tersebut mesti telah mendapat kepercayaan predikat dokter dari masyarakat sehingga yakin sang dokter tidak akan memberikan obat berupa racun, tetapi obat yang menyembuhkan penyakitnya. Nah, perumpamaan seperti ini mesti kita yakini pada kebenaran Rasulullah saw tersebut.

Kehidupan dunia tidak kekal. Misalnya, banyak orang kaya di dalam kehidupan yang menjadi jatuh miskin dan mereka yang berkuasa dengan jabatan tidak akan lama menduduki kekuasaan. Jadi kita jangan silau terhadap kehidupan dunia, jangan teperdaya. Orang seperti itu mesti disadarkan dengan melihat kenyataan hidup.’

Sumber: Rahmat Semesta Alam | Media Indonesia | Rabu, 10 Juli 2013
*dengan penyuntingan seperlunya.

0 komentar: