Tafsir Al-Mishbah: Toleransi untuk Menghindari Perpecahan

26.7.13 Asmat Abu Tsaqib 0 Comments

Tafsir Al-Mishbah adalah kolom tafsir Al-Quran yang diasuh Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, M.A.
dan hadir di sisipan laporan Ramadhan harian umum Media Indonesia.


PEMBAHASAN Tafsir Al-Misbah kali ini dimulai dengan Surah Hud ayat 116. Ayat itu berbunyi, “Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu, orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi dan melanggengkan kebaikan, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka. Orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka ialah orang-orang yang berdosa (para pendurhaka).”
Makna ayat tersebut ialah Allah menyayangkan bahwa umat-umat sebelumnya tidak ada yang memiliki amal kebaikan yang langgeng hingga hari kiamat.
Ayat tersebut menyiratkan tentang mana yang lebih baik, Anda mencegah kejahatan atau berbuat kebaikan. Tentu saja berbuat keduanya lebih baik, tetapi yang paling dulu ialah mencegah kejahatan. Jika yang buruk telah dicegah, dunia ini pasti akan lebih baik.
Allah mempunyai kebiasaan dalam menghadapi umat manusia. Yang pertama, Allah meruntuhkan masyarakat itu dan biasanya jika mereka telah tenggelam dalam kemewahan duniawi serta gaya hidup berfoya-foya. Kebiasaan Allah tersebut disiratkan ayat 117, yang berbunyi, “Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedangkan penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.”

Perbedaan
Kemudian Allah menjelaskan pada ayat 118, “Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang menyatu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.”
Perbedaan itu Allah ciptakan sebagai suatu keniscayaan supaya manusia bisa mengembangkan toleransi. Inilah pilihan kita sebagai manusia, mau memilih perpecahan atau toleransi yang menenteramkan.
Pada ayat 119 disebutkan, “Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.”
Ayat tersebut menyatakan bahwa orang-orang yang bisa memaknai perbedaan dengan toleransi dan harmonisasi merupakan orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah, dan untuk memberi rahmat itulah Allah menciptakan manusia berbeda-beda. Sebaliknya, mereka yang durhaka akan memenuhi neraka jahanam.
Allah melalui ayat 120 menyebutkan, “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu. Dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.”
Di sisi lain, ayat 121 berisi, “Dan katakanlah kepada orang-orang yang tidak beriman, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya Kami pun berbuat (pula).”
Pada ayat 122 tercantum pernyataan, “Dan tunggulah (akibat perbuatanmu), sesungguhnya Kami pun menunggu (pula).”
Terakhir, ayat 123 menyatakan, “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang gaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya. Maka, sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.”
Awal Surah Hud ini memerintahkan manusia untuk beribadah, dan akhirnya memerintahkan kita juga untuk beribadah serta mengamalkan nilai-nilai dalam agama. Salah satunya berani mencegah kejahatan, menjunjung tinggi toleransi, dan senantiasa menghindarkan perpecahan.
Allah memberitahukan kepada manusia bahwa inti kehadiran kita di dunia ialah untuk beribadah kepada-Nya dalam arti yang amat luas dan berbuat kebaikan di muka bumi.

Sumber: Rahmat Semesta Alam | Media Indonesia | Sabtu, 20 Juli 2013
*dengan penyuntingan seperlunya.

0 komentar: