Harian Detik Minggu | 21 Juli 2013 | Harian Detik Edisi Terakhir | Arturo Cerulli Wali Kota Muslim di Italia | Gardu Listrik Jadi Bilik Asmara

24.7.13 Asmat Abu Tsaqib 0 Comments

Harian Detik Minggu | 21 Juli 2013
Edisi Nomor 957/Tahun ke-2
Sebuah berita duka. Tak dinyana Harian Detik edisi Minggu, 21 Juli 2013 lalu ternyata menjadi edisi terakhir harian digital keluaran Detikcom ini. Dua hari sebelumnya pada Harian Detik edisi 19 Juli 2013 memang redaktur harian tersebut sudah mengucapkan "selamat tinggal" kepada khalayak. Manajemen Detikcom menyatakan bahwa koran digital yang terbit kali pertama pada 15 Desember 2011, bersamaan dengan hari jadi induknya, TransCorp (kini TransMedia), akhirnya mesti undur diri sejenak. Karena itu, jangan heran jika Anda membuka situs http://harian.detik.com/, yang muncul justru kotak pemberitahuan ini:


Tentu saja banyak yang merasa kehilangan terhadap media digital dengan tampilan visual apik ini. Mudah-mudahan “parkir”-nya Harian Detik hanya untuk sementara. Saya masih menaruh harapan koran digital ini akan kembali hadir dengan semangat baru. Kita tunggu.

By the way, edisi terakhir ini tetap menyuguhkan liputan-liputan menarik. Sampul Harian Detik Minggu dihiasi foto Arturo Cerulli yang memang mengisi rubrik Empat Mata di halaman 14. Sosok ini adalah seorang wali kota di negeri Italia. Yang paling menarik dari sosok Arturo adalah soal keislamannya. Sebagai Muslim, dia baru dua bulan lalu terpilih kembali untuk lima tahun berikutnya sebagai wali kota di negeri mayoritas Katolik tersebut. Dia mengaku agama Islam yang dianutnya pernah menjadi bulan-bulanan lawan-lawan politiknya saat berkampanye. Namun, Arturo berhasil meyakinkan bahwa dia semata ingin mengabdi pada kota kelahiran dan warganya. “Saat itu orang-orang menganggap saya ingin menghancurkan bangunan gereja, juga ingin membangun masjid. Kini mereka tak mengatakan hal itu lagi. Sekarang (kampanye negatif) sudah selesai,” ujarnya saat berbincang dengan Astrid Septriana dan Arif Arianto dari Detik.

Adapun halaman Fokus mengusung judul "Bila Gardu Listrik Jadi Bilik Asmara". Halaman ini mengetengahkan soal pemerintah yang hingga kini masih terus mengkaji kemungkinan menyediakan bilik asmara bagi para narapidana. Namun, sebagian oknum narapidana bisa menyalurkan hasrat dengan beragam cara, sesuai dengan isi kocek mereka. Yang kantongnya pas-pasan, menurut kesaksian seorang narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Salemba, memanfaatkan gardu listrik sebagai bilik asmara. []

0 komentar: